PEMIKIRAN ABDURRAHMAN WAHID MENGENAI "PRIBUMISASI ISLAM DI INDONESIA"
Oleh : Rilis_Wahyu
Email : riliswahyu87654@gmail.com
Kembali lagi sahabat baca dengan aku Rilis_Wahyu. Com kali ini aku mau bahas mengenai Pribumisasi Islam Di Nusantara. Mungkin tidak asing lagi mengenai salah satu aliran agama samawi yang besar di dunia yaitu Islam, tak bisa dipungkiri islam juga masuk ke Nusantara. Dimana dalam perkembangannya islam bisa berkembang dan berregenerasi hinga sekarang menjadikan agama mayoritas masyarakat nusantara. So apasih yang dimaksud dengan pribumisasi islam itu sendiri?...dan apa saja ruang lingkupnya?.
Pengertian Pribumisasi
Pribumisasi diartikan sebagai asli atau pribumi. Sedangakan Pribumisasi secara triminologis (peristilahan) diartikan sebagai usaha melokalkan ilmu yang menjadikan anggapan pemikiran asli indonesia. Pencetus gagasan konsep pribumisasi di indonesia yaitu Abdurrahman Wahid, Beliau merupakan presiden keempat Indonesia.
Pemahaman islam juga menjelaskan mengenai pribumisasi islam yang mana ajarannya memiliki sifat normatif, yaitu sesuatu yang berasal dari Tuhan dan dipadukan dengan kebudayaan manusia sehingga tidak hilangan identitas masing-masing. Namun dalam pemikiran ini yang haikatnya berbentuk reflektif dari suatu kehidupan nyata di masyarakat bawasannya nilai dari ajaran agama islam selalu dipadukan dengan berbagai budaya masyarakat. Konsep tersebut tidak lagi difahami dengan penyamaan praktik budaya bercorak Timur Tenggah.
Konsep pribumisasi yang lain ialah ikhtiar dan upaya mencegah konflik akibat dari perlawanan budaya setempat sehingga budaya masyarakat tidak hilang namun ini menjadi salah satu upaya syi’ar islam secara damai. Keanekaragaman di Nusantara menimbukan interpretasi islam pribumi dalam praktik keagamaan islam dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan kultur daerahnya sendiri.
Prinsip Dasar Pribumisasi Islam
Pertama, proses islamisasi dipandang dari sudut persepektif ajaran islam yang normative bersumber dari Tuhan dan dipadukan dengan kebudayaan yang buatan manusia tanpa kehilangan identitas dari keduanya.
Kedua, menolak ta’rib (arabisasi) merupakan suatu usaha penyamaan suatu praktik ajaran keagamaan islam dengan kultur masyarakat muslim di Timur Tengah.
Ketiga, pribumisasi dilakukan secara damai karena dalam prosesnya selalu menghidari suatu perlawanan dari vitalitas budaya setembat, keberagaman dari budaya menjadikan salah satu cara pendekatan syi’ar islam kemasyarakat sehingga pribumisasi bisa diterima.
Keempat, pribumisasi islam menjadi akulturasi antara ajaran agama dengan budaya tidak saling bertentangan, namun menjadi titik temu persamaan dan perbedaan sehingga kita bisa mencari sulusi titik tengah antara keduannya.
Kelima, islam pribumi memiliki keanekaragaman dalam menginterpretasi praktik kehidupan konkrets beragama islam, dimana setiap daerah memiliki cirikasnya masing-masing namun tetap memegang nilai-nilai syar’at keislaman.
Di telusuri dari jejak histori proses pribumisasi islam di Nusantara sudah berangsur sejak datangnya islam ke Nusantara, dari pertama yang dibawa oleh pedangan yang sekedar singah dari rute perdanganan rempah dunia. Yukss sahabat baca juga Sejarah Masuk Islam Di Tanah Jawa.
Link: http://riliswahyu.blogspot.com/2020/08/sejarah-masuknya-islam-di-tanah-jawa.html
Contoh Pribumisasi Islam
Salah satu yang sampai saat ini kita jumpai yaitu penguanan nama yang berasal dari bahas Arab oleh masyarakat muslim Indonesia diatarannya: Ahmad, Sholeh, Shodiq, Nur, Wahyu, Syafi, Mustafa, Anisa, dan lain sebagainnya. Akulturasi budaya corak Hindu-Budha dengan Islam yang diatarannya zarah kubur, kenduri, wayang kulit, tembang jawa (lir ilir, suluk, dsb) , dan lain sebagainnya.
Daerah jawa mengenal nama-nama dalam bahasa Arab ini tidak lepas dari peran Walisonggo dalam memperkenalkan diri Mereka mengunakan bahasa Arab. Seperti Raden Sa’aid (Sunan Kalijaga), Ja’far Shodiq (Sunan Kudus), dan Ahmad Ali Rahmatullah (Sunan Ampel) dsb. Namun masyarakat jawa lebih identik memangil Mereka dengan gelar tempat Mereka men-syi’ar-kan ajaran islam karena masyarakat belum terbiasa melafalkan bahasa Arab.
Pemikiran Abdurrahman Wahid Mengenai Sifat Pribumisasi
Pertama, islam peribumi memiliki sifat kontekstual maksudnya ajaran agama islam difahami sebagai ajaran yang erat kaitannya dengan zaman dan tempat. Misalnya Timur Tengah dengan tempo zaman kenabiaan dalam konteks praktik kehidupan beragama.
Kedua, islam pribumi memiliki sifat progresif maksudnya dengan kemaujuan zaman bukan menjadi ancaman dalam penyimpangan ajaran dan dasar agama islam, namun bisa ditangapi untuk memicu suatu respons kreatif yang intens dari masyarakat yang berkembang dengan perubahan zaman.
Ketiga, islam pribumi memiliki karakteristik pembebasakan (emansipatoris) maksudnya islam dijadikan sebagai ajaran yang mampu menjawab masalah-masalah kemanusiaan secara universal tanpa melihat perbedaan dari suatu keragaman baik berupa agama, budaya, suku, dan antar tokoh masyarakat.
Pembahasan mengenai Pribumisasi Islam dengan demikian dapat ditarik kesimpulan dari penjelasan di atas yaitu islam yang telah membumi di Indonesia memang beranekaragam dengan segala kelebihan dan kekuarangannya dari zaman ke zaman, namun patutlah kita tetap menjunjung tinggi tali persaudaraan atar umat beragama dan manusia yang memiliki budaya. Seperti kata Gus Miftah “Bukan membudyakan agama namun agama yang dibudayakan”.
Keanekaragaman di Indonesia patutlah kita anggap berkah nikmat Tuhan sebagai pengikat kita untuk saling bersatu dalam naungan BINIKA TUNGAL IKA. Kita mungkin tidak bisa menyatukan antara air dan minyak namun patutlah bijak dalam fleksibelitasi menyesuaikan sikap dan sifat kita dengan keberagaman itu. Patutlah kita mengasihi seperti Tuhan yang mengasihi kita dengan seluruh nikmatNya. Islam merupakan agama yang rahmatan li lalamin bagi seluruh umat manusia tanpa terkecuali, sehingga patutlah kita sebagai muslim memiliki sifat dan sikap yang hablu mina Allah, hablu mina nnas, dan hablu mina alam. Agar tercapailah tujuan hidup kita sebagai manusia yang hakiki yaitu selalu mendapat rahmatNya dan maghfiroh dari Sang Maha Pencipta dunia dan seisinya.
Belajarlah dulu menjadi Makhluk
Sebelum belajar Agama Tuhan.
Agar setelah kamu faham Agama
Kamu tidak menjadi Tuhan.
Karena pada dasarnya Agama akan menjadi rahmat bagi manusia yang tepat mengartikan dan menginterpretasikannya.
@Rilis_Wahyu
Sekian blog kali ini, thanks buat sahabat baca...sukses selalu
@Rilis_Wahyu
#rilisyanglagirindu
#jangankautanyasiapakarnaakupuntaktau
Komentar
Posting Komentar